Renungan, sebuah curahan hati yang ingin ku tulis sebagian dalam blog ini. Sesuatu curahan hati dari tempat yang mungkin bisa membuat kita menjadi seutuhnya. Terkaan hidup yang akan terus berjalan, leading not only rely on the mind but also an act.....
Minggu, 13 Juli 2014
Deskripsi "PACAR" Itu Sendiri Apa Sihh?!!
Cinta itu misteri...(katanya)
mengapa cinta itu nisteri??? Karena cinta hanya dirasakan oleh hati, tak ada yang tahu isi hati selain sang pemilik hati, dan terkadang kita sendiri tak tahu apa yang dirasakan hati ini… Itulah mengapa cinta begitu misteri menurut penjabaranku dari pendapat seseorang.
Ada yang bilang "Qw malu pada diri sendiri, pada temen, kalo tdk punya pacar".
Itu fikiran bodoh menurutku yah, udah gak jamannya deh... lagian itu merupakan MALU yg tdk pd tempatnya...yg aku heranin tuh, di era yg penuh kekacauan ini masih sempat2nya malu pd hal sepele (yg diperbesar2kan) gitu..macam orang jadul aja..so,be ur self, follow ur heart n keep relax friend.jgn lakukan apa yg tdk ingin km lakukan.
Sebenernya aku tidak ngerti apakah ini hanya masalah bahasa, atau termasuk konsep yang sembrono, yang jelas ‘pacaran’ adalah kata yang paling aku benci dalam Kamus Bahasa Indonesia. Kurang lebih dalam kamus itu dijabarkan seperti ini: "Pacaran adalah miniseri horor dimana kedua tokoh utama bermain-main dengan komitmen ala pernikahan (hanya saja lebih parah, karena untuk uji coba) yang berisi parade topeng melankolia kualitas terbaik di satu hari dan hingar bingar tangisan-serta-tuntutan kejam di hari lain, sambil terus menipu diri bahwa semuanya itu normal dan akan berubah menjadi lebih baik"
Semua orang berkompetisi untuk mencapai status yang disebut pacaran. Rasanya enak sekali menjadi seorang pacar dan disebut sebagai pacar oleh seseorang. Ada sebuah kebanggaan tertentu yang membuat hidup rasanya lebih memuaskan.
Kalau bertanya tentang arti pacaran, ada yang jawaban sebagai sarana untuk mengenal satu sama lain. Tapi jika memang sederhana, edukatif, dan bahkan menyenangkan seperti ini, lalu mengapa sampai ada acara nangis-nangis karena sakit hati ini itu, berantem mulut dari ketemuan-lalu-ditelepon-terus-lanjut-lag... saling nuntut-nuding lengkap dengan omongan yang ngga kira-kira gitu lahh?
Kalau memang hanya untuk mengenal satu sama lain, kenapa perlu sampai repot-repot ke sana? Cukup sudahi saja karena hubungan itu memang tidak berhasil, habis perkara.
Kita sangat bersalah ketika menganggap diri terlalu serius dalam hal romansa. Siapa lagi kalau bukan berkat didikan komik, sinetron dan film yang memupuk rasa penasaran kita untuk mencicipi kue bernama Pacaran itu, bahkan sekalipun masih berusia kelas 6 SD! (sungguh rekayasa cinta lagu dangdut bangett kan yah)
Ketika awal ketemu dahulu, seorang cewek berjabat tangan memperkenalkan diri di hadapanku sebagai teman yang selama ini hanya kenal lewat media online, dia dari Palembang. “Kiyut! Bisa jadi pacar ga ya?” pikir saya saat itu. Saya bisa ingat jelas kejadian itu, tapi yang saya tidak ingat adalah darimana dapat konsep pemikiran seperti itu.
Sepertinya kita tidak hanya jago pura-pura dalam berpacaran, tapi juga dalam mengartikan apa itu pacaran, karena kita hanya mendefinisikannya sebagai “proses pengenalan lawan jenis, baik itu sifat, watak, tingkah lakunya,” sebatas mulut saja.
Apa yang kita lakukan lebih dari itu.
Bahkan sering sama sekali bukan itu.
Kita meyakiti pasangan kita (dan juga diri sendiri!) atas nama cinta dan komitmen. Kita membuka diri untuk kekerasan emosional dalam sebuah hubungan yang bahkan belum tentu akan menghasilkan apa-apa.
Dan bila pacaran berakhir, kita tidak sabar untuk mencari target baru dan segera memulai yang baru lagi dan mengulang rasa sakit itu kembali.
Berulang. Lagi. Dan lagi. Dan lagi. Dan lagi.
Kita menjadi ahli dalam menyiksa diri sendiri. Mungkin ini alasannyaku banyak bertemu dengan orang yang begitu kehilangan semangat hidup.
Begitu muak dengan kegagalan dan drama, seperti cerita seorang gadis kecil yang sudah 15 kali pacaran di usianya yang ke-16. WwooooOOOWWW bangettt kan yah....
Ada sesuatu yang hilang di sini. Pacaran, itu bukan kata maupun konsep yang menyenangkan. Aku pribadi lebih suka menggunakan ‘dating‘ atau ‘kencan.’
Itu jauh lebih menyenangkan. Ringan, less demanding, santai, more playful, jauh lebih nyaman yang memungkinkan banyak kesempatan untuk lebih terbuka, apa adanya, dan saling belajar.
Seorang teman sempat menyebutkan bahwa dating sebagai proses pra-pacaran. Memang ada benarnya, tapi aku lebih suka sekaligus menghilangkan konsep pacaran itu sendiri, sehingga yang urutan ideal yang ada adalah dating - engagement (tunangan) - marriage.
Ini atas pertimbangan bahwa Pacaran tidak bisa disamakan dengan Engagement; masa anak umur SMP yang lagi pacaran jadi sama dengan persiapan sebelum menikah? Atau bila menambah pacaran dalam urutan ideal di atas (setelah dating), maka hubungan jadi terasa terlalu panjang dan rumit.
Pacaran tidak lain dari tahapan absurd yang kita buat sebagai alasan untuk bermain-main, baik fisik maupun mental, dan pada saat yang sama, untuk menciptakan rasa aman palsu bahwa keduanya sedang melakukan sesuatu yang berguna atas nama cinta.
“Momen untuk mengenal satu sama lain” adalah pengertian dating yang kita curi untuk Pacaran, tapi tetap saja tidak melakukannya sebagaimana disebutkan.
Pacaran is a degrading term for your romantic life.
Please refrain whenever possible.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar