Senin, 05 September 2016

Kau Belum Menyelesaikannya

Kita adalah doa-doa yang tak perlu diamini oleh takdir, bahkan harapan-harapan kita yang dulu selalu menggebu untuk bersatu telah layu diamini oleh ego kita masing-masing

Kali ini aku hanya bisa memunguti kenangan kita. Yang dulu sempat indah dan selalu indah, bahkan sangat indah. Ketika kau dan aku mulai goyah, seperti saat ini kau tak lagi menjadi lengan yang selalu menahanku dari perpisahan. Bahkan kau tak lagi menjadi bibir yang berkata-kata mengingatkanku betapa kita pernah saling mencinta.

Kali ini takdir benar-benar tak memberikan kita sebuah harapan yang selama ini kita semogakan. Jika Suatu hari nanti ketika aku benar harus tiada
Mungkinkah perjalananku kembali mencarimu dan kau tetap menunggu? Mungkinkah kerinduanku lagi-lagi mencintaimu dan kau masih tabah tak berubah?

Suatu hari ketika kau dan aku bukan lagi kita. Apakah matamu akan masih sama? melihatku penuh cinta tanpa tanda Tanya? Mumujiku penuh puja tanpa mengucapkannya! Apakah masih bisa kulihat semua itu?!

Dulu saat salah satu dari kita tak sengaja saling menyakiti, diantara kau dan aku selalu memaafkan terlebih dahulu. Bahkan kita saling mengawali penyesalan dengan sebuah ciuman, dan kita yang saling egois ini akan lelah dan luluh.

Tetapi sayang, pada saat kau yg memilih pergi terlebih dahulu sebelum keputusanku, aku bahkan tak bisa satu langkah kaki pun untuk pergi menjauh. Aku masih mendekapmu dari belakang tubuh yang kau tegakkan demi cinta yang lain, dan aku masih berharap sebuah pelukan akan berbalik mengarahku.

Akankah kau menyelesaikan kisah kita sebelum kau membagi tubuh dengan yang lain?
Akankah kau pergi tanpa mengawali pami?
Sayang, peluklah aku, sebelum perpisahan benar-benar memintaku.
Sebelum kebencian benar-benar bisa aku pelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar